Jumat, 26 Juli 2013

Sebuah Rahasia


Hay hay!! *Lambaikantangan*
Kali ini saya mau memposting satu cerita lagi karangan saya sendiri.. Judulnya "Sebuah Rahasia".. SElamat membacaaa dan semoga bermanfaat :D

Sebuah rahasia
Bagaimana cara mengungkapkan kegelisahan dalam hati? Susah memang jika harus berhubungan dengan yang namanya perasaan, tempatnya yang tidak jelas bersembunyi di dalam seonggok daging bernama hati tak mampu di lihat hanya dengan kasat mata.
Memendam kegundahan dalam diam, menyimpan kemarahan yang tak bisa di ungkapkan, menangis dalam kesendirian, menyesali kesalahan. Masihkah aku bisa memasuki surga-Mu Tuhan? Atau mungkin hanya sekedar mencium bau wanginya? Melihat keindahannya? Bahkan setelah aku melakukan dosa-dosa hina ini?
Dalam gelapnya malam aku mencari jawab, mencari pertolongan.
Tuhan, berikan aku jawaban.

Berawal dari sebuah perasaan yang timbul dengan sendirinya tanpa ada rencana, tanpa permisi, perasaan yang mengatasnamakan cinta itu merasuk menusuk ke dalam hati ini. Menggoda kodratnya kesucian sukma sebagai manusia.
Perasaan itu timbul sebelum ada halal di antara kami. Sungguh seperti janjinya, setan begitu hebat menggoda manusia. Apa karena memang sudah ada nafsu itu sendiri di dalam hati manusia, hingga setan iblis tak perlu berusaha dengan keras menjerumuskan manusia? Entahlah.
Benteng keimanan yang telah ku bangun dan ku jaga tiba-tiba runtuh, menjadi puing-puing berantakan dan berserakan. Cinta, alasan untuk meruntuhkannya. Godaan cinta begitu dahsyatnya seperti gelombang tsunami memporak porandakan gedung-gedung besar pencakar langit, sehingga benteng imanku pun runtuh olehnya.
Kami berkenalan, bersama hingga akhirnya timbul perasaan cinta. Saling cinta dalam sebuah ikatan sebelum ada kehalalan. Telarut dalam janji-janji manis berucap dari mulut manusia. Melambung membawa angan menatap masa depan.
Janji-janji manis itu mampu menghapuskan nilai-nilai agama dan norma susila, yang  memang sebenarnya sudah terhapus sejak beberapa waktu lalu. Manusia kini telah kembali ke masa kegelapan zaman jahilliyah lagi, cahaya terang kehidupan telah terkikis oleh perkembangan jaman bernama globalisasi dan kebebasan. Kebebasan tanpa batas.
            Kebenaran di dunia kini telah di jungkirbalikkan, sesuatu yang salah di benarkan dan suatu kesalahan di benarkan. Sesuatu yang melanggar aturan disamaratakan menjadi suatu kewajaran, sekali lagi semua karena globalisasi dan kebebasan yang disalah artikan.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa rahasia itu sebenarnya sudah di ketahui oleh semua yang bernyawa bernama manusia. Namun, rahasia itu tetap menjadi rahasia karena menganggapnya rahasia meski sama-sama mengetahuinya. Menjadi istri simpanan pejabat, mengorupsi uang rakyat, remaja berhubungan selayaknya sepasang suami istri, menyakiti anak yatim, perempuan mengumbar paha berkeliaran kemana-mana, semuanya telah dianggap wajar. Wajar dengan batasan dan aturan yang dibuat oleh manusia itu sendiri.
Para ustad, ulama dan ajaran al-Qur’an tergeser oleh ketenaran penyanyi luar negeri, lantunan ayat suci dan lagu-lagu nasyid tertindas musik dunia yang katanya gaul. Semua membisu membiarkannya berlalu, berpura-pura tidak tahu, menyimpannya menjadi rahasia dalam hati masing-masing. Yah, rahasia masing-masing. Masjid-masjid dan surau semakin sepi, segelintir orang saja yang mengunjunginya. Sedangkan gemerlapnya dunia malam mulai ramai tanpa ada undangan.
Aku mencoba tidak membuat rahasia seperti mereka, mengarungi semua dengan sewajarnya dan memang tidak ingin membuat rahasia. Tetapi sekali lagi, setan iblis memang begitu tangguh untuk menggoda iman seseorang.  Ketika cinta itu datang menyapa hatiku dengan lembut, hatiku tergoda.
Bujukan setan menggoyahkan imanku, “Jaman sekarang pacaran itu sudah lumrah, banyak yang lebih beriman dari kamu tapi ternyata juga berpacaran. Pacaran itu menyenangkan, kamu akan mempunyai tempat berbagi, pergi jalan bersama dan akan ada yang memperhatikan hari-harimu”. Hatiku kacau balau, tapi setan memenangkannya.
Aku menjatuhkan pandanganku kepada seorang pemuda. Kuterima cintanya dengan terbuka meski belum ada janji suci mengikat kami. Datang sebelum kami sepenuhnya siap menerima kehadirannya, sehingga janji suci pernikahan masih sebatas angan-angan. Tapi tidak mengentikan kisah cinta kami.
Ketika cinta telah kurengkuh di tangan, pertanyaan muncul, “Berdosakah aku?”.
Setan pun berkata, “Kalian kan pacaran secara islami. Tidak akan berdosa”. Katanya menggoda ketegaran hati manusia dalam perjuangannya mempertahankan keimanan. Hatiku luluh oleh rayuan itu.
Pertanyaan lain muncul di benakku setelah sekian lama ikatan emosional itu berjalan, “Kini aku telah berani duduk berduaan, bukankah itu suatu dosa?”.
Setan lain berkata, “Halah, Cuma ngobrol aja, duduknya juga berseberangan tidak bersampingan”. Rayuannya begitu menggoda. Dan sekali lagi, hatiku terhanyut rayuan manis itu.
“Tapi aku tak cuma berduaan, tapi kami saling berpegangan tangan?!?!”, pekikku dalam kegundahan, ketika kami mulai berani berpegangan tangan. Malu mulai menggerogoti hatiku, sedikit malu.
Setan selanjutnya berbicara, “Berpegangan tangan saja tidak apa-apa kan? Toh, diluaran sana juga masih banyak yang sampai berhubungan intim”. Kata-kata manis setan mengalahkan ketakutan hati ini.
“Kali ini sudah keterlaluan, kami berani saling menyentuh dan merangkul, mencium dan dicium?!?!”. Malu dan marah menyelimuti hatiku.
“Tidak. Itu sudah sewajarnya dilakukan oleh orang-orang jaman sekarang. Toh kamu juga pakai baju panjang dan kerudung, bukankah tidak langsung menyentuh kulitmu?!”, kata setan dengan manis dan lembut.
“Tidak setan!! Cukup!!”, Makiku dalam diam.
Rasa malu mendera batinku, rasanya tak sanggup ku angkat wajah ini menatap mereka di luar sana. Malu pada diriku sendiri, aku telah membiarkan setan menguasai hawa nafsuku. Rasa malu yang begitu mendalam kupendam dalam diam, kusesali dalam kesendirian. Hanya kepada Tuhan, tempatku kembali memohon ampunan.
Kali ini cukup, puing-puing benteng iman yang telah runtuh tak bisa kubiarkan semakin hancur terkikis angin dan air hujan. Aku harus membangunnya kembali.
Kegundahan hati telah ku sampaikan kepada sesosok lelaki yang telah mencuri hatiku, sungguh kuasa Tuhan lebih indah dari apa yang kita sangka. Lelaki ini pun merasakan yang sama, hingga dia berkata, “Aku akan menemui orang tuamu ketika sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk meminangmu dan untuk menyiapkan hidup yang bahagia dunia akhirat bersamamu”.
Kini, kami telah menempuh hidup kami sendiri-sendiri seperti sedia kala. Dengan rahasia dalam hati kami, rahasia yang hanya kami dan Tuhan yang tahu. Rahasia hina kekhilafan kami sebagai manusia. Dan selamanya, rahasia itu tetap akan menjadi rahasia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar